Museum adalah tempat menyimpan jejak perjalanan peradaban manusia. Di dalamnya tersimpan benda-benda bersejarah, naskah, hingga artefak yang menjadi saksi kehidupan masa lampau. Semua itu bukan sekadar koleksi benda mati, melainkan warisan budaya yang harus dijaga. Sayangnya, kesadaran ini sering terabaikan.
Belum lama ini, publik dikejutkan oleh peristiwa di sebuah kota yang terletak di Jawa bagian Timur. Dalam aksi demonstrasi yang awalnya ditujukan untuk menyuarakan aspirasi, amarah massa justru merembet pada perusakan fasilitas umum, termasuk sebuah museum. Gedung yang seharusnya menjadi ruang pembelajaran sejarah justru menjadi korban dari luapan emosi yang tidak terkendali. Kaca pecah, fasilitas rusak, dan suasana mencekam menorehkan luka, bukan hanya secara fisik pada bangunan, tetapi juga secara moral bagi masyarakat yang menghargai sejarah.
Warisan untuk Generasi, Bukan Pelampiasan Emosi
Museum bukanlah milik pribadi, melainkan milik seluruh masyarakat dan generasi mendatang. Ketika museum dirusak atau dijarah dalam aksi massa, yang hilang bukan sekadar barang atau bangunan, tetapi juga warisan pengetahuan yang tidak bisa diganti. Generasi selanjutnya akan kehilangan kesempatan untuk belajar langsung dari bukti sejarah yang otentik.
Nilai yang Tak Tergantikan
Artefak, naskah, atau benda tradisional yang tersimpan di museum bukanlah barang dagangan. Nilainya tidak diukur dengan uang, melainkan dengan makna historis yang tak tergantikan. Perusakan museum dalam peristiwa di Kediri menjadi pengingat pahit bahwa kemarahan sekejap dapat menghancurkan sesuatu yang dibangun dan dirawat selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Peran Kesadaran Kolektif
Peristiwa di Kediri harus menjadi pelajaran bersama. Demonstrasi adalah hak demokratis, tetapi tidak boleh merugikan kepentingan publik yang lebih luas. Apalagi jika yang menjadi korban adalah ruang-ruang pendidikan sejarah. Menjaga museum bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat.
Sebagaimana pesan bijak Presiden Soekarno: "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya." Museum adalah salah satu cara kita menghargai jasa mereka. Merusaknya sama saja dengan melupakan sejarah, dan melupakan sejarah berarti melemahkan fondasi bangsa itu sendiri.
Soekarno juga pernah mengingatkan dengan tegas: "Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah!" (Jasmerah). Pesan itu relevan hingga kini, bahwa bangsa yang meremehkan sejarah akan kehilangan arah dan identitasnya. Museum hadir sebagai pengingat, agar kita tidak melupakan akar perjuangan dan perjalanan bangsa.
Penutup
Museum bukanlah gudang harta, apalagi tempat pelampiasan amarah. Ia adalah rumah pengetahuan, ruang penghormatan terhadap sejarah, dan jembatan bagi generasi. Perusakan museum dalam demo di Kediri membuktikan betapa rapuhnya kesadaran kita akan pentingnya warisan sejarah. Semoga kejadian itu menjadi peringatan keras agar kita lebih bijak: menyuarakan aspirasi boleh, tetapi jangan sampai mengorbankan sejarah.






0 comments:
Posting Komentar