Suatu ketika Rasulullah ﷺ bersabda:
“Manusia itu laksana tambang, seperti tambang emas dan perak.”
Bayangkan sebuah tambang. Dari luar, yang tampak hanyalah tanah, batu, atau debu. Tidak ada yang istimewa. Tapi siapa sangka, di balik gundukan tanah itu tersimpan emas atau perak yang nilainya tak ternilai. Untuk mendapatkannya, orang harus menggali dalam-dalam, dengan sabar, penuh kerja keras.
Begitu pula manusia.
Kadang kita melihat seseorang hanya dari luarnya: penampilan, latar belakang, atau masa lalunya. Kita menilai cepat, bahkan meremehkan. Padahal, bisa jadi dalam dirinya tersimpan potensi luar biasa yang belum muncul ke permukaan.
---
Kisah Umar bin Khattab: Dari Keras Menjadi Tegas
Kita bisa belajar dari kisah Umar bin Khattab r.a. Sebelum masuk Islam, Umar dikenal keras, bahkan pernah berniat membunuh Nabi ﷺ. Kalau kita menilai Umar hanya dari sisi itu, mungkin kita akan berkata: “Tidak ada harapan untuknya.”
Namun ketika hidayah Allah menyapa hatinya, sifat keras itu berubah menjadi ketegasan yang menegakkan kebenaran. Potensi besar Umar yang dulu tersembunyi akhirnya tergali. Dari seorang yang ditakuti karena kebengisannya, Umar berubah menjadi pemimpin adil yang membuat setan pun gentar lewat jalannya.
Ini bukti bahwa setiap manusia memang seperti tambang. Ada yang masih tertutup tanah, ada yang sudah terlihat kilaunya, dan ada pula yang sedang digali.
---
Kita Semua Punya Emas
Hadits ini juga mengingatkan bahwa tidak semua manusia sama, tapi semua berharga. Ada yang bakatnya seperti emas: berkilau, mencolok, mudah terlihat. Ada pula yang seperti perak: mungkin lebih sederhana, tapi tetap bernilai.
Ada yang kuat dalam ilmu, ada yang menonjol dalam amal, ada yang sederhana namun penuh ketulusan. Setiap orang membawa warna dan perannya masing-masing dalam kehidupan.
---
Refleksi Kecil Penulis
Saat penulis merenungkan hadits ini, hati bergetar. Betapa sering kita menilai orang lain dari tampilan luarnya, lalu terburu-buru melabeli: “Dia tidak bisa apa-apa”, “Dia biasa saja”, atau bahkan “Dia tidak ada harapan.”
Padahal, siapa tahu Allah sedang menyimpan “emas” dalam dirinya, menunggu waktu untuk muncul.
Dan jujur, terkadang penulis juga merasa kecil. Ada rasa minder, seolah diri ini tidak punya apa-apa dibanding orang lain. Tapi hadits ini seperti bisikan lembut dari Nabi ﷺ: “Dalam dirimu ada tambang berharga. Gali, asah, dan gunakanlah untuk kebaikan.”
---
Menjadi Tambang yang Bermanfaat
Akhirnya, hadits ini bukan hanya ajakan untuk menghargai orang lain, tapi juga untuk tidak meremehkan diri sendiri. Kita semua punya potensi, hanya saja berbeda bentuk dan nilainya. Yang penting adalah bagaimana kita menggali, menjaga, dan mengarahkannya ke jalan yang benar.
Karena emas dan perak baru bernilai ketika ia dimanfaatkan, begitu pula potensi manusia: ia berharga ketika digunakan untuk memberi manfaat bagi orang lain.
Doa Penutup
Sebagai penutup renungan ini, marilah kita hadiahkan shalawat kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ.
Salah satu shalawat yang telah di Ijazahkan oleh K.H AN'IM Falahuddin Mahrus dalam acara Studium General. Dalam hal ini, penulis akan berusaha mengamalkan apa yang telah di Ijazahkan oleh beliau.
Lafaz Shalawat Fatih
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ، وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، وَالنَّاصِرِ الْحَقَّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيمِ، وَعَلَى آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيمِ.
Terjemahannya;
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ, yang membuka apa yang terkunci, yang menutup apa yang telah lalu, yang membela kebenaran dengan kebenaran, dan yang menunjukkan kepada jalan-Mu yang lurus. Semoga rahmat itu juga tercurah kepada keluarga beliau, dengan hak kedudukan dan kemuliaan beliau yang agung.”
---
✨ Semoga dengan shalawat ini Allah membuka potensi terbaik dalam diri kita, mengarahkannya untuk kebaikan, dan menjadikannya cahaya yang bermanfaat bagi sesama.







0 comments:
Posting Komentar